Kamis, 14 Januari 2010

pengendalian hayati

Pengendalian Hayati

Oleh : RIZKA AL-FITRI(agribisnis)

Nim : 0810440141

Pengendalian hayati adalah usaha untuk memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem.

Mekanisme pengendalian hayati penyakit tanaman meliputi penggunaan mikroorganisme antagonis, pesaing, hiperparasit, perangsang mekanisme pertahanan alami inang, dan pemodifikasi lingkungan.

Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama bekerja secara tergantung kepadatan, sehingga keefektifannya ditentukan pula oleh kehidupan dan perkembangan hama yang bersangkutan. Ketersediaan lingkungan yang cocok bagi perkembangan musuh alami merupakan prasarat akan keberhasilan pengendalian hayati. Perbaikan teknologi introduksi, mass rearing dan pelepasan di lapangan akan mendukung dan meningkatkan fungsi musuh alami.

Beberapa contoh pengendalian hama dengan pengendalian hayati yaitu:

1. Pengendalian jamur Phytophthora infestan menggunakan Trichoderma spp.

Trichoderma spp. merupakan jamur asli tanah yang bersifat antagonis terhadap jamur-jamur patogen tanaman. Keunggulan jamur Trichoderma spp. sebagai agen pengendali hayati yaitu mekanisme pengendaliannya bersifat spesifik target dan mampu meningkatkan hasil produksi tanaman. Jamur antagonis spesifik Trichoderma spp. dapat mengendalikan pertumbuhan jamur patogen Phytophthora infestans penyebab penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang. Penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang merupakan penyakit penting dan endemik di sentra-sentra penanaman kentang di Provinsi Jawa Tengah. Trichoderma spp. dapat diperoleh secara in vitro maupun in vivo di rumah kaca.

2. Pengendali hayati gulma menggunakan serangga herbivora

Serangga herbivora dapat memakan berbagai bagian tanaman. Serangga mungkin pula merusak tanaman dengan melubangi batang atau akar ketika meletakkan telurnya. Serangga herbivora dapat pula mengendalikan gulma dengan jalan mentransmisikan penyakit (patogen) tanaman. Serangga herbivora yang digunakan sebagai agen pengendali hayati harus spesifik, sehingga hanya menekan populasi gulma tanpa berpengaruh buruk terhadap tanaman budidaya.

Salah satu contoh pengendalian menggunakan serangga yaitu pengendalian kaktus Opuntia inermis dan O. stricta dengan menggunakan ngengat Cactoblastis cactorum di Australia. Namun keberhasilan pengendalian hayati gulma di suatu tempat tidak selalu dapat diulangi di tempat lain. Ngengat Cactoblastis kurang berhasil ketika digunakan untuk mengendalikan kaktus Opuntia di Afrika Selatan.

3. Pengendali hayati gulma dengan patogen (kapang dan bakteri) dan ikan herbivora

Penggunaan kapang karat berhasil digunakan pengendalian gulma kerangka di Australia Tenggara. Ikan herbivora yaitu ikan koan (Ctenopharyngodon idella) triploid yang steril.dapat mengendalikan gulma air.

Pengendalian hayati terhadap penyakit tanaman melibatkan penggunaan agen pengendali kapang dan bakteri berfungsi menyerang dan mengendalikan patogen tanaman serta penyakit yang ditimbulkannya.

4. Pengendalian dengan penerapan antagonis

Dilakukan dengan cara memberikannya pada bagian-bagian tanaman yang luka karena pemangkasan, melapisi benih tanaman, bahkan dengan memasukkannya ke dalam malam (wax) yang dipakai dalam proses packing. Inokulasi tanaman inang dengan antagonis telah pula digunakan untuk melawan patogen umum.

Oecophylla smaragdina menyerang Papilio polyes

5.Pengendalian dengan memarasit telur inang

Pengendalian dengan memarasit telur inang terjadi pada hama tanaman padi misalnya wereng coklat yang menyebabkan tanaman padi rusak akibat serangan hama wereng tersebut. Hama wereng cokelat ini dapat dikendalikan dengan cara memarasit telur wereng, misalnya dengan Trichogramma sp

Metode Trichogramma sp dalam memarasit telur wereng yaitu bertelur didalam telur wereng, sebelum telur wereng menetas, telur Trichogramma sp. Menetas terlebih dahulu sehingga memakan telur hama wereng cokelat, akibatnya telur-telur wereng cokelat tersebut tidak berhasil menetas dan hama wereng cokelat dapat dikendalikan.

Telur yang terparasit Trichogramma sp.

Beberapa langkah dalam program pengendalian hayati gulma dengan pendekatan ekologi atau pengendalian hayati:

a. identifikasi gulma target,

b. identifikasi agen pengendali dan penilaian tingkat kekhususan inang,

c. pelepasan terkendali,

d. pelepasan penuh dan identifikasi tempat pelepasan yang optimal,

e. pemantauan tempat pelepasan,

f. pendistribusian ke tempat lain, dan

g. pemeliharaan populasi agen pengendali.

Tiga pendekatan dalam pengendalian hayati adalah importasi atau yang disebut pula dengan sebutan pengendalian hayati klasik, augmentasi, dan konservasi.

1. Pendekatan importasi melibatkan introduksi musuh alami (pemangsa, parasitoid, dan patogen) eksotik, dan umumnya digunakan untuk melawan hama eksotik pula. Pendekatannya didasarkan pada pemahaman bahwa makhluk hidup yang tidak disertai dengan musuh alami asli akan lebih bugar (fit) dan akan lebih melimpah dan lebih mampu bersaing daripada yang menjadi subjek pengendalian alami. Untuk mengendalikannya perlu dicarikan musuh alami yang efektif di tempat asalnya.

2. Praktek augmentasi didasarkan pada pengetahuan atau asumsi bahwa pada beberapa situasi jumlah individu atau jenis musuh alami tidak cukup memadai untuk mengendalikan hama secara optimal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektivitas pengendalian hama, jumlah musuh alami perlu ditambah melalui pelepasan secara periodik. Ada dua pendekatan augmentasi, yaitu inokulasi sejumlah kecil musuh alami dan inundasi (membanjiri) dengan jumlah yang besar, tergantung pada tujuannya.

3. Pengendalian hayati konservasi pada dasarnya adalah melindungi, memelihara, dan meningkatkan efektivitas populasi musuh alami yang sudah ada di suatu habitat. Konservasi merupakan pendekatan paling penting jika kita ingin memelihara populasi musuh alami, baik asli maupun eksotik, di dalam ekosistem pertanian.







DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2009.diakses tanggal 17 september.online.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/Praktek%20Pengendalian%20Hayati.htm

Anonymous.2009.diakses tanggal 17 september.online.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/Pengendalian%20Hayati.htm

Anonymous.2009.diakses tanggal 17 september.online.http://massofa.wordpress.com/2008/02/04/pengendalian-hayati-dan-patogen-tanaman/

Anonymous.2009.diakses tanggal 17 september.online.http://www.lemlit.undip.ac.id/abstrak/content/view/470/303/